Pemilihan Rektor Universitas Madura (UNIRA) bukan sekadar ritual birokrasi lima tahunan. Ini adalah momen krusial yang menentukan arah masa depan UNIRA: apakah akan stagnan dalam rutinitas atau bangkit sebagai pusat keunggulan pendidikan dan transformasi sosial di Madura.
Sayangnya, seringkali proses ini dipandang sebagai agenda elitis yang tertutup, padahal sesungguhnya adalah arena politik intelektual yang menyentuh seluruh sivitas akademika, mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, bahkan masyarakat Madura secara luas. Rektor bukan sekadar manajer, melainkan representasi visi institusi. Pertanyaannya, apakah visi tersebut berpihak pada kemajuan, keberdayaan, dan kemerdekaan akademik, atau justru melanggengkan praktik pragmatis dan konservatif yang menghambat perubahan?
Minimnya Partisipasi Kritis Menjadi Sorotan
Fenomena yang sering kita saksikan dalam proses pemilihan ini adalah minimnya partisipasi kritis dari sivitas akademika. Ruang terbuka untuk debat gagasan, visi perubahan, atau tawaran agenda strategis yang menyentuh persoalan mendasar seperti mutu pendidikan, pemerataan akses, integritas birokrasi kampus, dan kolaborasi lintas sektor, masih sangat terbatas. Ini adalah kelemahan serius yang harus diatasi.
Pertarungan Ide, Bukan Sekadar Kompromi
Di sinilah letak urgensinya: pemilihan rektor harus menjadi ajang pertarungan ide dan visi, bukan sekadar kalkulasi dukungan politis atau kompromi kepentingan antar kelompok. Jika tidak, UNIRA akan kehilangan kesempatan emas untuk berbenah, menguatkan identitas kelembagaan, dan tampil sebagai kekuatan strategis dalam pembangunan kawasan Madura. Kita membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya pandai beretorika, tetapi mampu menggerakkan perubahan nyata.
Mengawal Proses Demi Masa Depan UNIRA
Oleh karena itu, mahasiswa, dosen, dan seluruh elemen kampus memiliki tanggung jawab moral untuk mengawal proses ini secara aktif dan kritis. Kita membutuhkan pemimpin yang bukan hanya hadir di podium pelantikan, tetapi benar-benar hadir dalam denyut perubahan yang nyata, membawa UNIRA menuju masa depan yang lebih cerah. Pemilihan rektor bukan sekadar transisi semu, melainkan pertaruhan masa depan UNIRA.
Oleh : Erwin Candra, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Madura